Tukang Baruak, Anis 52 Tahaun Punya Penghasilan 250 Ribu |
Padang Pariaman , Editor – Baruak jenis binatang peliharaan yang sangat membantu petani kelapa. Karena baruak mempunyai kemampuan memetik buah kelapa yang batangnya tinggi. Di kawasan yang banyak tanaman kelapa, baruak dimanfaatkan untuk memetik buah kelapa.
Di Kabupaten Padang Pariaman misalnya, baruak mampu mendatangkan pendapatan yang lumayan bagi pemiliknya. Seekor baruak mampu memetik buah kepala sampai 1.000 buah kelapa per harinya. Jika dirata-ratakan buah kelapa per batang 20 buah, maka ada sekitar 50 batang pohon kelapa yang dipanjat baruak. Umumnya buah kelapa per batang yang diturunkan baruak berkisar antara 15 hingga 40 buah kelapa.
Sistem upah yang diberikan pemilik pohon kelapa kepada tukang baruak (demikian sebutan bagi pemilik baruak) adalah seberapa banyak pohon kelapa yang berhasil diturunkan. Sebanyak 100 kelapa yang berhasil diturunkan, tukang baruak menerima upah Rp 25.000. Jika tukang baruak dengan baruaknya mampu menurunkan 1.000 buah kelapa, maka tukang baruak sudah bergaji Rp 250.000. Bandingkan dengan upah pekerja lainnya yang dijalani di kampung-kampung.
Lalu berapa lama seekor baruak tersebut dilatih untuk bisa memetik buah kelapa? Menurut Lahuddin (50) alias Ajo Manih, seekor baruak umur 1,5 tahun sudah bisa dilatih untuk mampu memetik buah kelapa. Biasanya baruak dilatih selama tiga bulan, sudah mampu memetik buah kelapa. Yang mula-mula diajarkan memelin buah kelapa satu arah. Jika arah ke kanan, ke kanan, atau ke kiri, ya ke kiri. Dilatihkan sampai baruak bisa melepaskan buah kelapa dari tangkainya.
Kemampuan baruak memetik buah kelapa juga akan menentukan harga seekor baruak. Jika baruak sudah mampu memetik 1.000 buah kelapa, maka harga baruak itu bisa mencapai Rp 9 hingga 10 juta. Sedangkan baruak yang hanya mampu memetik buah hingga 500 buah per hari, maka harga baruaknya juga sekitar Rp 5 jutaan.
“Setelah itu diajarkan menggigit tampuk buah kelapa. Meningkat juga kepandaian baruak, diajarkan mancatuik buah kelapa (buah kelapa yang digigit). Kepandaian mencatuik ini merupakan yang tertinggi untuk kemampuan menjatuhkan buah kelapa dalam jumlah yang banyak. Setelah itu baruak dilatih melompat dari pelepah kelapa ke pelepah,” kata Lahuddin kepada Sitinjausumbar.com saat diwawancarai, Sabtu (9/10/2021), di salah satu warung di Korong Koto Padang Nagari Sikucua Barat Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
“Cara melatihkan baruak melompat, awalnya dengan pelepah daun yang berdekatan. Dimulai dari pelepah yang lebih tinggi ke pelepah yang lebih rendah. Paling jauh jarak lompatan baruak dari yang tinggi ke yang rendah, sekitar 4 meter. Kepintaran baruak melompat ini juga akan menentukan kecepatan memetik buah kelapa nantinya,” kata Lahuddin yang sudah menjalani profesi sebagai tukang baruak selama 20 tahun lebih.
Jika sudah dilatih/diajar sebulan atau dua bulan, tapi tak mampu memetik buah kelapa, biasanya baruak itu dilepaskan saja. Karena dinilai tidak akan mampu memetik buah kelapa dengan baik dan jumlah yang banyak. Biasanya baruak seperti ini pemalas, sulit diajar dan bandel.
Kemampuan dan kecepatan baruak memetik kelapa akan menentukan harga seekor baruak di pasaran. Harga baruak betina lebih mahal dibanding baruak jantan. Jika baruak jantan Rp 100 ribu, yang betina bisa berharga Rp 200 hingga 300 ribu. Seperti harga baruak di pasar Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman setiap hari Sabtu, hari pekannya.
Selain itu, baruak bisa juga memetik pinang. Upahnya per tandan sebesar Rp 2.500. Jika sistem berkarung, Rp 30.000 satu karung ukuran pupuk 40 kg. Satu karung isinya 6 hingga 8 tandan pinang. Rata-rata sehari mampu memetik 4 hingga 6 karung. Berarti sehari bisa menerima upah Rp 150.000.
“Ada pameo di Padang Pariaman, baruak dilatih/diajar selama tiga bulan sudah mampu memetik buah kelapa. Setahun diajarkan memetik buah kelapa, sudah mahir sehingga mampu mendatangkan uang. Tapi anak-anak kita sekarang sudah sekolah dan kuliah hingga belasan tahun, masih saja mengemis pada orangtuanya. Mereka tidak mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Mana yang lebih pintar baruak dibanding anak-anak yang sudah sekolah belasan tahun tersebut,” tutur Awaluddin Piliang yang sehari-hari berprofesi sebagai wartawan Harian Singgalang berseloroh.
Berbeda dengan mantan Sekretaris PC Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Pariaman Mulya Rizki yang tidak sependapat dengan pameo di atas. Mulya Rizki menilai, pameo ini kurang pas jika dikiaskan pada anak yang belasan tahun sekolah. “Seolah-olah pameo ini mematikan karakter pendidikan seorang anak. Karena anak tersebut pada dasarnya bukan lumbung ekonomi, tapi adalah ladang kasih sayang dan amanah dari Allah Swt,” kata Mulya Rizki menambahkan.
** Afridon
0 Komentar