Ketika Ibu Bekerja, Waspadai Anak dengan Gadgetnya





 Editor  = Keterkaitan industri komunikasi dengan seksual remaja adalah hal yang erat sekali hubungannya. Sebagaimana kita tahu, jika industri komunikasi telah mampu menjadi media kecil, sebuah ruang tanpa batas dengan segala ikon –ikon canggih yang mereka suguhkan.

Kemajuan zaman yang memberikan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan telah mengganti adat-istiadat dimana pada zaman sekarag perempuan dan laki-laki sudah punya hak yang sama untuk bekerja sehingga anaknya cenderung diberikan ke baby sitter dan kemudian orang tua memberikan alat canggih sebuah smartphone untuk sang anak melakukan selancar mereka di dunia maya, sehingga kelengahan orang tua terhadap anak memberikan waktu untuk si anak melakukan pencarian-pencarian yang ada di dunia maya yang tidak seharusnya mereka akses, seperti pornografi, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender).


Industri komunikasi pada masa sekarang menjadi pilihan utama orang tua dalam mendidik anak tanpa pernah menyaring apa yang sedang anak nonton. Bahkan, saat ini anak yang baru berusia 2 tahun sudah diberikan alat elektronik padahal psikolog anak Aisya Dahlan memaparkan, jika ada bahaya yang akan menyerang otak si anak saat ia diberikan alat elektronik sejak dini. Ternyata tanpa disadari orang tua pada era ini telah memberikan racun pada anaknya sendiri. Dan, bisa dibahasakan, jika ibu-ibu hari ini meracuni anaknya sendiri dengan gadgetnya.

Banyak para ibu beralasan jika dari handphone anak-anak mengerti beberapa pelajaran yang si ibu tidak bisa jelaskan. Inilah alasan mengapa para perempuan harus pintar agar mampu menjadi guru untuk anaknya sendiri bukannlah di Islam telah dijelaskan Al Ummu Madrsatul Ula ( Ibu adalah Madrasah Pertama bagi anaknya). Sehingga yang seharusnya mengajarkan anak adalah ibunya, bukan handphonenya.

Dari masa ke masa LGBT adalah sebuah hal yang biasa saja saat ini, ketika beberapa negara melegalkan LGBT dan kemudian Indonesia menjadi negara yang di tuntut oleh masyarakat untuk memperjuangkan LGBT tersebut. Dari tahun ke tahun survey atas anak SMA yang melakukan aborsi meningkat, darai tahun ketahun pengakuan remaja yang kehilangan keperawanannya meningkat dan bahkan dari tahun ke tahun pecinta sesame jenispun meningkat. Hal ini adalah dampak buruk dari majunya industri komunikasi.

Seorang psikolog anak Bunda Elly Risman menyatakan jika Pola pengasuhan anak masyarakat Indonesia banyak melakukan kesalahan pengasuhan sehingga mengantarkan si anak cepat menjadi LGBT. Sebuah survey pernah menyatakan, jika seorang anak perempuan yang tidak dekat dengan ayahnya akan 6 kali lebih mudah ditiduri oleh pacarnya daripada anak perempuan yang dekat dengan ayahnya dan pengaruh tidak adanya penyimpangan kelakukan seksual bagi para remaja.

LGBT adalah sebuah indentitas yang sekarang digaungkan oleh masyarakat- masyarakat yang berpaham liberal tumbuh dengan subur dengan menggandeng industri komunikasi sebagai alat kampanye yang dimunculkan dengan tontonan-tontonan dapat diakses melalui handphone oleh setiap anak yang dalam usia transisi dari anak-anak ke remaja. Perilaku menyimpang anak –anak remaja yang terjadi di hari ini, 70 persen terjadi melalui gagdet, dan tidak ada batasan untuk melakukan aksesnya hingga sekarang.

Pogram kesetaraan gender yang saat ini sudah masuk ke APBN terjadi karena arus pelangi oraganisasi LGBT punya divisi yang pergi ke PBB menekan Indonesia untuk menerima perkawinan sejenis. Sehingga, program kesetaraan gender punya dana untuk mampu mengkampanyekan LGBT dan sasaran tembak porografi adalah para remaja yang memakai gagdet. Sehingga upaya yang dapat dilakukan untuk meredam kelakukan remaja terkait perilaku seksual adalah “ kembalikan marwah ayah sebagai raja dirumah, ibu berhenti bekerja dan menjadi guru untuk anak-anaknya.

Kembali ke pase dimana yang pamit kerja adalah ayah dan Ibu melakukan tugas sebagai Pemgurus Rumah Tangga, perbaiki pola asuh anak dan didiklah anak dengan agama. Jauhkan anak dengan tontonan yang membiasan pelukan, adengan ciuman seperti teletubis, spongebob, dan chincan. Cerita Crayon Shinchan adalah satu dari sekian banyak serial anak yang pernah mendapat teguran dari KPAI pada tahun 2014 silam dikarenakan punya unsur-unsur pornografi dimana dalam tayangan tersebut diceritakan seorang anak yang bernama Shinchan kerap mengucapkan kata-kata kotor dan beberapa adegan yang menjurus ke pornografi seperti para gadis-gadis yang berbikini yang ada di kolam berenang. Sehingga orang tua memang dituntut untuk jadi pendidik yang bijak dalam memperhatikan tontonan yang ditonton si anak.


** Afridon

Posting Komentar

0 Komentar