Prof Dr. Martin Kustati, Rektor Wanita Pertama di UIN Imam Bonjol Padang


Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Prof Dr. Martin Kustati

Padang, Editor  - Universitas Islam Negeri Imam Bonjol (UIN IB) Padang sejak enam bulan belakang dipemimpin seorang perempuan. Prof Dr. Martin Kustati, kaum Hawa pertama yang memimpin UIN, yang pada 2017 baru beralih status dari institut.

Lalu seperti apa kepemimpinan Martin selama itu?

DR. Abdullah Khuairi, seorang akademisi Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang memaparkan, selama Martin memimpin sistim berjalan dengan aman dan baik.

Ini membuktikan perempuan bisa memimpin jika ia mengedepankan leadership yang terbuka, bekerja sama, punya kecerdasan intelektual yang kokoh untuk bersikap.

“Sampai saat ini kepemimpinan UIN berjalan demokratis, karena jajaran pimpinan membangun sistem kolektif kolegial yang membagi kerja sesuai pembidangan masing-masing. Ada wakil rektor I, II, III,” terang Abdullah Khusairi, kepada topsatu.com beberapa waktu lalu.

Menurutnya, komunikasi publik di bawah kepemimpinan perempuan bisa lebih smart, tidak kaku, serta mengedepankan kebersamaan.

“Apa yang ditakutkan tentang perempuan, egois, mengedepankan perasaan dari pada rasionalitas, sebenarnya adalah klaim kekuasaan maskulin,” sebut doktor bidang komunikasi dan penyiaran Islam tersebut.

Disebutkannya, pada sejarah kerajaan, seperti Ratu Bilqis, Ratu Inggris, Kepemimpinan Perang seperti pada film Xena, sebenarnya bukti bahwa kepemimpinan perempuan ternyata bisa kokoh jika ditopang dengan peran laki-laki yang menopang di belakang kepemimpnan perempuan.

Pada konteks ajaran agama, laki-laki adalah pemimpin perempuan. Ini mengacu pada budaya paternalistik, juga karena laki-laki mengedepan rasionalitas dalam bertindak.

“Pada ayat lain, setiap kamu adalah pemimpin, setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya,” ujar Abdullah Khusairi.

Amanah dari Tuhan

Jabatan yang diemban Prof Dr. Martin Kustati, menurutnya adalah amanah yang digariskan Allah SWT.

“Jabatan yang dipercayakan kepada saya adalah amanah dari Allah SWT dan insyallah akan saya jalankan sebaik mungkin,” kata perempuan kelahiran Manna Bengkulu, 18 Agustus 1973, di ruang kerjanya belum lama ini.

Disebutkannya, UIN Imam Bonjol adalah lembaga publik, maka keterlibatan publik sangat diperlukan untuk mengembangkan agar UIN ini tidak saja lokomotif pengembangan keagamaan, tapi eksistensi UIN benar-benar bedayaguna dan bermafaat bagi kehidupan umat dan bangsa.

“Mari kita bersama saling membesarkan, berat sama dipikul, ringan sama

dijinjing, selangkah seayun dan searah sesaran,” kata putiri pasangan Suharjo dan Sukmawati.

Istri dari Briptu Zulfikri ini, bersama segenap civitas akademika akan berupaya keras meningkatkan dan mengembangkan UIN IB ke depannya. Dengan melibatkan potensi dan jejaring yang sudah ada dan terus dikembangkan, UIN IB Padang harus maju.

Dijelaskannya, UIN Imam Bonjol adalah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di bawah Kementerian Agama Republik Indonesia. UIN Imam Bonjol, bentuk peningkatan status dari Institut Agama Islam (IAIN) yang berdiri pada 29 November 196, berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 77/1966. Dengan surat keputusan Menteri Agama itu IAIN Imam Bonjol memiliki empat fakultas. Yaitu Fakultas Tarbiyah di Padang, Fakultas Ushuluddin di Padang Panjang, Fakultas Syariah di Bukittinggi adn Fakultas Adab di Payakumbuh.

Dalam beberapa tahun kemudian terjadi penambahan Fakultas cabang IAIN Imam Bonjol, yakni Fakultas Tarbiyah tahun 1968 dan Fakultas Ushuluddin tahun 1970 di Padang Sidempuan, Sumatera Utara, Fakultas Dakwah 1966 do Solok dan Fakultas Tarbiyah 1971 di Batusangkar. Pada 1973, kedua fakultas cabang di Padang Sidempuan bergabung dengan IAIN Sumatera Utara dan sementara fakultas cabang di Batusangkar dan Bukittinggi.

Pada tahun 1976 lima faklutas (Adab, Dakwah, Syariah, Tarbiyah dan Ushuluddin) sudah dipusatkan di Padang sebagai ibukota Provinsi Sumbar. Namun keberadaan Fakultas Syariah di Bukittinggi dan Fakultas Tarbiyah di Batusangkar masih dipertahankan sebagai dua fakultas cabang.

Pada tahun 1997 pemerintah melepaskan semua fakultas-fakultas cabang dari IAIN, STAIN termasuk fakultas cabang IAIN Imam Bonjol Padang di Batusangkar dan Bukittinggi. Berdasarkan Perpres No. 35 tahun 2017, IAIN Imam Bonjol Padang resmi berubah menjadi UIN Imam Bonjol.

Saat ini UIN Imam Bonjol memiliki enam fakultas dan program pasca sarja. Yaitum Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Syariah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Kemudian pasca sarjana S2 dan S3.

“UIN Imam Bonjol Padang sebagai satu dari 56 PTNKIN di Indonesia sedang berupaya menjadi lembaga pendidikan yang unggul dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi. Terutama dalam bindang ilmu-ilmu keislaman,” terang ibu dari Dwi Yudha Zulmar, Dwi Yudhi Zulmar dan Muhammad Ilham Zulmar.

Prof Dr. Martin Kustati resmi dilantik Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Imam Bonjol (UIN IB) Padang periode 2021-2025. Pelantikan berlangsung di Jakarta, Rabu (28/7/2021).

Martin dilantik menggantikan Prof. Dr. H. Eka Putra Wirman, MA yang telah habis masa tugasnya.

Pendidikan dan Karier

Jenjang pendidikan ibu tiga orang anak itu masing-masing Dwi Yudha Zulmar, Dwi Yudhi Zulmar dan Muhammad Ilham Zulmar, dimulai di SDN No 17 Manna, Bengkulu Selatan, SMPN No 02 Manna, Bengkulu Selatan dan SMAN No 1 Manna, Bengkulu Selatan. Sarjana muda diselesaikan di Akademi Bahasa Asing Budidharmma (1996) dan sarjana strata 1 di FKIP, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (2000). Melanjutkan pendidikan Magister di Universitas Negeri Padang (UNP) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (2003) dan program doktor (S3) Universitas Kebangsaan Malaysia, TESL (2011).

Selain itu, Martin juga tercatat di sejumlah organisasi seperti Anggota Teaching English as a Second Language (TEFLIN), 2013–sekarang, Bidang Penelitian Asosiasi Dosen Republik Indonesia (ADRI) 2017–sekarang, Bidang Pendidikan dan Pelatihan Himpunan Editor Berkala Indonesia (HEBI) 2020-sekarang, anggota Adosiasi pusat Studi Wanita/Gender Indonesia (ASWGI) 2016 -sekarang, Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) PWNU

Sumatera Barat sejak 2020 dan Anggota Council of Asian Science Editor (CASE).

Prof D. Martin Kustati, MPd juga guru besar bidang TESL, dosen tetap Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan sebelum dilantik sebagai rektor dia sedang menjabat sebagai Direktur Program Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang.

Martin Kustati juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Prodi Tadris BahasaInggris hingga 2011. Kemudian menjadi Ketua Prodi Tadris Bahasa Inggris.


**



 


Posting Komentar

0 Komentar