Kondisi Terkini Pelaku Inses di Bukittinggi seusai 10 Tahun Nodai Sang Ibu, Otaknya Alami Kerusakan


ILUSTRASI hubungan sedarah di Bukittinggi 


Bukittinggi Editor -Inilah kondisi terkini pelaku inses di Bukittinggi.

Terungkap otak pelaku alami kerusakan.

Polisi ungkap fakta penting.

Pantauan Editor , pelaku inses di Bukittinggi kini alami kerusakan otak, seusai 10 tahun gagahi ibunya sendiri.

Cerita inses hubungan sedarah di Bukittinggi, Sumatera Barat ini memang belakang menggemparkan jagat maya.

Pasalnya kasus ini terungkap setelah diungkap ke publik oleh walikota Bukittinggi, saat sosialisasi tentang Pencegahan Pernikahan Anak.

Diketahui sebelumnya Hubungan inses itu terjadi antara anak dengan ibu kandungnya sendiri.

Pilunya, hubungan inses itu sudah berlangsung selama kurang lebih 10 tahun lamanya.

Anak pertama kali menyetubuhi ibu kandungnya saat duduk di bangku SMA.

Kini anak tersebut sudah berumur 28 tahun dan sedang menjalani karantina.

Dilaporkan pemuda ini mengalami kerusakan di bagian otaknya.

Berikut cerita lengkap hubungan inses anak dengan ibu kandung di Bukittinggi dihimpun dari Editor Minggu 25 Juni 2023

Kasus hubungan inses pertama kali diungkap oleh Wali Kota Bukittinggi Erman Safar.

Ketika itu Erma sedang menjadi pembicara saat Sosialisasi Pencegahan Pernikahan Anak di Bukittinggi, Rabu 21 juni 2023 kemarin.

Ia bercerita, ada seorang pemuda yang dikarantina karena telah menyetubuhi ibu kandungnya sendiri.

"Ada anak yang sekarang sudah berusia 28 tahun, lagi kita karantina."

"Anak itu sejak SMA sudah berhubungan badan dengan ibunya," kata Erma.

Pemuda tersebut kini di bawah pengawasan LSM Ganggam Solidaritas-Instruktur Penerimaan Wajib Lapor (IPWL) Agam Solid.

Ketua IPWL Agam Solid, Sukendra Madra membenarkan, pihaknya melakukan karantina terhadap yang berangkutan.

Terhitung sudah jalan 7 bulan pemuda tersebut menjalani karantina

Sukendra menyebut, karantina diminta langsung oleh pihak keluarga.

"Anak ini bisa kami karantina, karena ada laporan dari keluarga."

"Mereka meminta untuk direhab. Sebab, anak ini sudah mulai mengancam dengan senjata tajam juga," ucap Sukendra.

Alami kerusakan otak

Sukendra melanjutkan, IPWL Agam Solid sudah melakukan sederet pemeriksaan terhadap kondisi pemuda ini.

Hasilnya, ia terindikasi mengalami gangguan jiwa.

"Kami tes menggunakan metode-metode khusus, (juga) tampak sensorik otaknya sudah rusak," imbuh Sukendra.

Sukendra menduga, kondisi pemuda ini disebabkan zat-zat adiktif seperti lem dan narkotika.

Yang bersangkutan telah mengaku sering ngelem sejak masih SMP.

Aktivitas tersebut membuat microsensorik otaknya jadi terganggu.

Lebih jauh pengaruhnya tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk.

"Sebab, sering ditolak dan dimarahi. Makanya lebih mau dengan ibunya saja," tutur Sukendra.

Sukendra menambahkan, pihaknya berusaha keras memberikan terapi kepada yang bersangkutan.

"Sebisa kami, di IPWL ini kami lakukan pembinaan, mulai mengajari mereka mana yang baik dan buruk."

"Khusus untuk kasus inses itu, kami lihat penyembuhan jiwanya bakal lama," pungkas Sukendra.

Respons kepolisian

Kasat Reskrim Polresta Bukittinggi, AKP Fetrizal mengaku telah mendengar kabar anak inses dengan ibu kandungnya.

Sukendra menduga, kondisi pemuda ini disebabkan zat-zat adiktif seperti lem dan narkotika.

Yang bersangkutan telah mengaku sering ngelem sejak masih SMP.

Aktivitas tersebut membuat microsensorik otaknya jadi terganggu.

Lebih jauh pengaruhnya tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk.

"Sebab, sering ditolak dan dimarahi. Makanya lebih mau dengan ibunya saja," tutur Sukendra.

Sukendra menambahkan, pihaknya berusaha keras memberikan terapi kepada yang bersangkutan.

"Sebisa kami, di IPWL ini kami lakukan pembinaan, mulai mengajari mereka mana yang baik dan buruk."

"Khusus untuk kasus inses itu, kami lihat penyembuhan jiwanya bakal lama," pungkas Sukendra.

Respons kepolisian

Kasat Reskrim Polresta Bukittinggi, AKP Fetrizal mengaku telah mendengar kabar anak inses dengan ibu kandungnya.


Sukendra menduga, kondisi pemuda ini disebabkan zat-zat adiktif seperti lem dan narkotika.


Yang bersangkutan telah mengaku sering ngelem sejak masih SMP.

Aktivitas tersebut membuat microsensorik otaknya jadi terganggu.

Lebih jauh pengaruhnya tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk.

"Sebab, sering ditolak dan dimarahi. Makanya lebih mau dengan ibunya saja," tutur Sukendra.

Sukendra menambahkan, pihaknya berusaha keras memberikan terapi kepada yang bersangkutan.

"Sebisa kami, di IPWL ini kami lakukan pembinaan, mulai mengajari mereka mana yang baik dan buruk."

"Khusus untuk kasus inses itu, kami lihat penyembuhan jiwanya bakal lama," pungkas Sukendra.

Respons kepolisian

Kasat Reskrim Polresta Bukittinggi, AKP Fetrizal mengaku telah mendengar kabar anak inses dengan ibu kandungnya.


**

Posting Komentar

0 Komentar