Padang,Editor - Di balik riuhnya acara Safari Ramadan yang diadakan oleh Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, tersembunyi konflik yang semakin memanas antara dirinya dan Bupati Solok, Epyardi Asda. Konflik ini mencapai titik kritis ketika Epyardi meluapkan kekecewaannya secara terbuka terhadap kapasitas kepemimpinan Mahyeldi.
Dalam sebuah video yang viral di media sosial, Epyardi menyalahkan Mahyeldi atas kurangnya perkembangan di Sumatera Barat. Dia bahkan mempertanyakan latar belakang pendidikan dan pengalaman kepemimpinan Mahyeldi, menganggapnya tidak sesuai untuk memimpin provinsi dengan 19 kabupaten/kota.
Konflik semakin terkuras ketika aktivitas tambang galian C tak berizin di Kabupaten Solok mengakibatkan kerusakan jalan nasional, yang kemudian menjadi bahan kritikan oleh Menteri PUPR. Epyardi tidak ragu untuk menyalahkan Mahyeldi atas masalah ini, menyoroti kurangnya tindakan dari pemerintah provinsi.
Dalam situasi yang semakin memanas, pertanyaan tentang apakah seorang pemimpin seharusnya lebih dari sekadar seorang imam mushalla atau garin masjid menjadi sorotan. Konflik antara kedua politisi ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat, menunjukkan tegangnya hubungan politik di tingkat regional.
Di tengah-tengah perdebatan ini, warga dan media menjadi saksi ketidaksepakatan antara gubernur dan bupati, menimbulkan kekhawatiran akan stabilitas politik dan kebijakan di Sumatera Barat. Dengan masalah yang semakin kompleks, masyarakat menanti bagaimana kedua pemimpin akan menyelesaikan ketegangan ini dan fokus pada pembangunan daerah.
**Afridon
0 Komentar