Tanah Datar,Editor – Di balik keindahan Danau Singkarak yang memukau, tersimpan kekayaan alam yang tak ternilai, salah satunya adalah ikan bilih (Mystacoleucus padangensis). Ikan endemik ini merupakan spesies langka yang hanya hidup di perairan Danau Singkarak. Namun, beberapa tahun terakhir, populasi ikan bilih mengalami penurunan drastis akibat eksploitasi yang berlebihan. Melihat kondisi ini, PT Semen Padang, perusahaan semen tertua di Indonesia dan Asia Tenggara, bersama Universitas Bung Hatta (UBH), berinisiatif untuk melestarikan dan mengembalikan populasi ikan bilih ke habitat aslinya Sabtu, 10 Agustus 2024,
sebanyak 3.000 ekor ikan bilih hasil pemijahan dari kolaborasi PT Semen Padang dan UBH direstocking di tepian Masjid Al-Furqan, Jorong Batu Baragung, Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Semen Padang yang bertujuan untuk menjaga kelestarian ikan bilih dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Menurut Direktur Utama PT Semen Padang, Indrieffouny Indra, restocking ikan bilih ini telah berlangsung sejak 2018 dan menjadi salah satu upaya nyata perusahaan dalam mendukung pelestarian lingkungan. Hingga saat ini, total 16.000 ekor ikan bilih telah dilepaskan kembali ke habitat aslinya di Danau Singkarak.
"Konservasi ikan bilih ini sangat penting, mengingat ikan ini terancam punah. Selain restocking, kami juga telah membangun reservate atau suaka untuk ikan bilih di Jorong Batu Baragung, Nagari Sumpur," ujar Indrieffouny.
Kehadiran dua orang Direksi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, yaitu Yosviandri dan Andriano Hosny Panangian, serta Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni, menunjukkan betapa pentingnya kegiatan ini bagi perusahaan. Yosviandri, yang sebelumnya menjabat sebagai Dirut PT Semen Padang, menjadi salah satu pelopor konservasi ikan bilih. Ia berbagi cerita bagaimana ide ini muncul setelah melihat ikan bilih hidup di luar habitat aslinya di akuarium milik salah satu staf PT Semen Padang.
"Kami awalnya tidak berpikir tentang penghargaan atau PROPER Emas. Tujuan kami sederhana, yaitu melestarikan ikan bilih yang langka ini," kata Yosviandri.
Kerja sama antara PT Semen Padang dan UBH dalam konservasi ikan bilih ini telah membuahkan hasil yang signifikan. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UBH, Prof Hafrijal Syandri, yang turut hadir dalam acara tersebut, mengungkapkan bahwa populasi ikan bilih di Muaro Sungai Sumpur telah meningkat drastis sejak restocking pertama kali dilakukan pada Juli 2022.
"Banyak ikan bilih yang naik ke sungai untuk pemijahan. Ini menunjukkan bahwa usaha konservasi ini berhasil," ujar Prof Hafrijal, yang dikenal dengan panggilan Prof Bilih.
Selain itu, dampak positif dari program ini juga dirasakan oleh masyarakat Nagari Sumpur yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Pendapatan nelayan meningkat signifikan, dari rata-rata 3 kg/hari/nelayan menjadi 7 kg/hari/nelayan, dengan peningkatan pendapatan hingga Rp4,5 juta per bulan per nelayan.
"Kami sangat berterima kasih kepada PT Semen Padang. Kepedulian mereka terhadap populasi ikan bilih telah memberikan manfaat yang besar bagi kami," ungkap Wali Nagari Sumpur, Fernando Sutan Sati.
Keberhasilan konservasi ikan bilih ini juga mendapatkan berbagai penghargaan, seperti Gold Award pada Indonesian SDG’s Award 2022 dan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2023. Penghargaan ini menjadi bukti bahwa upaya PT Semen Padang tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar Danau Singkarak.
Melalui program ini, PT Semen Padang dan UBH telah membuktikan bahwa pelestarian lingkungan bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Inisiatif mereka menjadi inspirasi bagi perusahaan lain untuk turut serta dalam menjaga kelestarian alam demi masa depan yang lebih baik.
**Afridon.
0 Komentar