Tunda 24 Oktober 2024 |
Jakarta,Editor - Sidang putusan gugatan PDI Perjuangan (PDIP) terhadap penetapan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada Pemilu 2024 ditunda. Drama hukum yang melibatkan tokoh-tokoh besar dan berpengaruh ini menarik perhatian publik, tak hanya karena melibatkan PDIP, partai besar di Indonesia, tetapi juga sosok Prabowo dan Gibran yang baru saja memenangkan suara terbanyak dalam Pemilu 2024.
Keputusan penundaan sidang yang sedianya berlangsung pada 10 Oktober 2024 ini disebabkan oleh alasan kesehatan ketua majelis hakim di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta. Gayus Lumbuun, kuasa hukum PDIP, mengonfirmasi hal ini, "Putusan ditunda sampai tanggal 24 Oktober disebabkan Ketua Majelis sakit."
Ini adalah babak terbaru dalam perseteruan hukum yang telah berlangsung selama lebih dari empat bulan sejak PDIP mengajukan gugatannya pada 2 April 2024. Inti dari gugatan ini adalah permintaan PDIP agar KPU menunda pelaksanaan Keputusan KPU Nomor 360 Tahun 2024 yang menetapkan Prabowo dan Gibran sebagai pemenang pemilihan, hingga ada keputusan hukum yang final.
Penundaan ini tentu menambah ketegangan politik di tanah air. Publik menantikan apakah majelis hakim PTUN akan mengabulkan petitum PDIP yang meminta agar Prabowo dan Gibran dicabut dari daftar calon terpilih Presiden dan Wakil Presiden. Seandainya gugatan PDIP diterima, dampaknya akan menjadi preseden hukum yang sangat signifikan dalam sejarah pemilu Indonesia.
Selain itu, faktor keterlibatan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP menambah bobot politik dalam perkara ini. Dengan pengaruh yang besar, langkah PDIP ini dilihat sebagai upaya terakhir untuk mempertahankan panggung politik di tengah perubahan peta kekuasaan setelah Pemilu 2024.
Majelis hakim juga diminta untuk menghentikan semua tindakan administratif yang berhubungan dengan keputusan KPU tersebut hingga ada keputusan hukum yang tetap. Proses hukum yang panjang ini menunjukkan bagaimana pertarungan politik di Indonesia tak hanya terjadi di bilik suara, tetapi juga di meja hijau.
Sidang ini adalah bukti nyata bagaimana hukum dan politik di Indonesia kerap saling bersinggungan, terutama ketika keputusan-keputusan besar negara dipertaruhkan. Kini, seluruh mata tertuju pada 24 Oktober, ketika putusan final diharapkan akan menjadi penentu arah politik Indonesia ke depan.
Penundaan ini, meski terlihat sebagai jeda, justru bisa menjadi momen penting bagi kedua belah pihak untuk mempersiapkan strategi lebih lanjut. Bagi PDIP, ini adalah pertempuran hukum yang menentukan masa depan partai, sementara bagi kubu Prabowo-Gibran, sidang ini adalah pertaruhan legitimasi kemenangan mereka di mata hukum.
** tim
.
0 Komentar