AKP Dadang Iskandar, seorang perwira polisi di Polres Solok Selatan |
Padang, Editor – Kejadian mengejutkan yang melibatkan AKP Dadang Iskandar, seorang perwira polisi di Polres Solok Selatan, Sumatera Barat, kini semakin memanas. Setelah melakukan tindakan tragis yang mengakhiri nyawa rekannya, AKP Ryanto Ulil Anshar, Kabag Ops yang sebelumnya terlihat tenang kini tampil berbeda. Dengan baju tahanan biru, kepala plontos, dan tangan terborgol, Dadang kini menjadi sorotan publik setelah penampilannya yang mengundang kritik tajam.
Perubahan Penampilan yang Kontroversial
Saat digiring oleh anggota Divisi Propam Polda Sumbar pada konferensi pers yang digelar Sabtu, 23 November 2024, penampilan Dadang langsung mencuri perhatian. Tidak lagi tampak tenang, kini Dadang mengenakan baju tahanan biru dan terlihat sangat berbeda dari saat pertama kali menyerahkan diri. Ketika itu, ia masih terlihat tanpa borgol, meskipun telah mengakui perbuatannya.
Beberapa pihak menduga perubahan drastis ini adalah langkah Polda Sumbar untuk menunjukkan keseriusan dalam menegakkan hukum, terutama karena pelaku adalah aparat kepolisian. Namun, keputusan awal Divisi Propam yang tidak memborgol Dadang mengundang reaksi keras dari banyak pihak, termasuk Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman.
Kritik Pedas dari Habiburokhman
Habiburokhman mengkritik keras sikap Propam yang dinilai terlalu longgar dalam menangani kasus ini sejak awal. Ia menyatakan bahwa pelaku tindakan ekstrem seperti Dadang seharusnya diperlakukan sama dengan tahanan lainnya, tanpa pengecualian.
"Ini bukan sekadar soal penegakan hukum, ini soal integritas institusi. Pelaku sudah mengambil nyawa rekannya, tindakan tegas harus dilakukan sejak awal," ujar Habiburokhman. Kritik ini menunjukkan kecemasan publik terhadap keadilan, apalagi melibatkan aparat yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat.
Latar Belakang Kasus Penembakan yang Menyentak
Peristiwa penembakan tragis ini terjadi pada Senin, 20 November 2024, di Mapolres Solok Selatan. Suasana tegang di kantor polisi berujung pada suara letusan senjata api yang merenggut nyawa Kasat Reskrim AKP Ryanto Ulil Anshar. Hingga kini, penyidik terus menggali motif dari tindakan Dadang, dengan beberapa spekulasi yang menyebut adanya konflik profesional dan bahkan masalah pribadi yang belum terungkap.
Polda Sumbar berkomitmen untuk mengungkap kasus ini secara transparan dan tuntas, namun tetap menjaga sensitivitas terkait informasi yang sedang diselidiki.
Respons Publik dan Harapan terhadap Polri
Insiden ini memicu diskusi hangat tentang kondisi internal Polri dan menambah daftar panjang kasus pelanggaran yang melibatkan aparat penegak hukum. Masyarakat kini menantikan langkah nyata dari Polri untuk memastikan peristiwa serupa tidak terjadi lagi. Reformasi internal yang menyentuh budaya kerja dan pengawasan lebih ketat terhadap anggotanya menjadi tuntutan yang semakin kuat.
Dengan penampilan AKP Dadang yang kini diborgol dan mengenakan baju tahanan, publik berharap ini menjadi simbol keseriusan Polri dalam menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Ini adalah momen penting untuk merenungkan sistem pengelolaan konflik di dalam tubuh kepolisian, serta mengembalikan kepercayaan publik terhadap institusi tersebut.
Kini, perhatian seluruh masyarakat tertuju pada kelanjutan proses hukum yang akan dijalani oleh AKP Dadang. Apakah keadilan akan ditegakkan tanpa kompromi, atau akankah kasus ini menjadi lagi-lagi bukti lemahnya pengawasan internal aparat? Waktu yang akan memberikan jawabannya
** Afridon.
0 Komentar