Finishing Amburadul, Pembangunan RS Sadikin Minus 15%!

Pembangunan ruang rawat inap KRIS (Kelas Rawat Inap Sadikin) di RS Sadikin Kota Pariaman menjadi sorotan tajam. Proyek bernilai Rp2,04 miliar 


Pariaman Editor— Pembangunan ruang rawat inap KRIS (Kelas Rawat Inap Sadikin) di RS Sadikin Kota Pariaman menjadi sorotan tajam. Proyek bernilai Rp2,04 miliar ini, yang diharapkan membawa kemajuan layanan kesehatan di Pariaman, justru terjerat berbagai masalah mulai dari keterlambatan hingga kualitas pengerjaan. Dilaksanakan oleh CV. Omar Maliq Jaya Mandiri, progresnya kini berada di angka 70 persen—masih jauh dari target 85 persen yang seharusnya dicapai. Menyisakan banyak pertanyaan dan kritik dari publik.

Ketidaksesuaian Progres Proyek dan Kontroversi Pernyataan

Menurut Dedy Kurnia Ilahi, S.Kep, selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPTK), keterlambatan ini disebabkan oleh barang yang belum tiba di lokasi. Namun, pelaksana lapangan memiliki klaim berbeda. Mereka menyatakan progres sudah 85 persen, menyisakan pekerjaan instalasi medis dan pemasangan item pabrikan seperti AC. Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan tentang koordinasi dan transparansi pelaksanaan proyek.

Permasalahan Teknis dan Kualitas Struktur Sloof

Inspeksi langsung oleh media mengungkap kekhawatiran serius terkait sloof, struktur penting yang berfungsi sebagai fondasi penahan beban bangunan. Terdapat indikasi sloof yang keropos dan pengerjaan yang tampak kurang standar. Dedy meminta sloof untuk diperbaiki dan diplaster. Namun, pihak pelaksana lapangan menegaskan bahwa plastering sloof bukanlah bagian dari volume kerja yang tampak.

Ketidakhadiran Konsultan Pengawas, Koordinasi yang Lemah

Tinjauan di lapangan menemukan bahwa konsultan pengawas dari Art Platinum Engineering serta pelaksana sering kali absen. Edi, kepala tukang, mengonfirmasi hal tersebut, menyatakan bahwa pengawas dan pelaksana jarang hadir di lokasi. Keberadaan konsultan pengawas sangat krusial, mengingat mereka bertanggung jawab dalam menjaga kualitas dan kesesuaian standar proyek.

Tantangan Cuaca dan Waktu yang Kian Menipis

Di samping persoalan teknis, curah hujan tinggi di bulan Agustus dan September turut memperlambat proses, terutama ketika atap bangunan belum terpasang. Dengan waktu tersisa hanya enam hari hingga kontrak berakhir pada 5 November 2024, proyek ini berada di ambang kritis. Dedy berharap pengiriman barang yang tertunda dapat segera tiba agar penyelesaian proyek bisa memenuhi standar yang ditentukan.

Harapan dan Pengawasan di Tahap Akhir

Menghadapi tekanan waktu dan kualitas, proyek KRIS akan menjalani inspeksi menyeluruh oleh Tim PHO (Provisional Hand Over) bersama Dinas Pekerjaan Umum. "Jika kualitasnya tidak sesuai, kami tidak akan menerimanya," tegas Dedy. Masyarakat menaruh harapan agar proyek ini tuntas tanpa mengabaikan aspek keamanan dan kualitas, mengingat pentingnya fasilitas ini untuk pelayanan kesehatan di Kota Pariaman.

KRIS: Membangun dengan Harapan, Menyelesaikan dengan Integritas

Pembangunan ruang rawat inap KRIS di RS Sadikin Pariaman membawa harapan besar bagi warga Pariaman. Meski banyak tantangan dan ketidaksesuaian, proyek ini menjadi ujian komitmen bagi para pelaksana dan pengawas untuk mewujudkan fasilitas kesehatan yang aman, berkualitas, dan berdaya guna


**Afridon

Posting Komentar

0 Komentar