Batam, Editor – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern dan megahnya industri yang menggerakkan Kota Batam, ada sisi lain yang jarang terungkap: sebuah lokalisasi bernama Pokok Jengkol, yang memantulkan kesunyian di balik gemerlap lampu kota. Terletak di antara kecamatan Sagulung dan Batu Aji, kawasan ini menyuguhkan pemandangan berbeda dari citra metropolis Batam yang dikenal sebagai pintu gerbang perdagangan internasional.
Saat malam tiba, musik disko dan reggae menggema dari rumah-rumah kecil di Pokok Jengkol. Tidak ada kilauan mewah di sini, hanya bangku-bangku panjang dan kursi plastik sederhana tempat para pekerja seks komersial (PSK) menunggu pelanggan. Sebagian besar tamu mereka adalah buruh galangan kapal, yang dulu menjadi roda utama ekonomi kawasan ini. Namun, kini gairah tempat ini meredup seiring merosotnya industri galangan kapal.
Kehidupan yang Menghimpit
Bella, nama samaran seorang penghuni Pokok Jengkol, dengan lirih bercerita tentang realita hidupnya. "Dulu ramai, Mas. Tapi sekarang sepi. Banyak galangan kapal tutup, pelanggan jadi berkurang," ujarnya sambil memandang kosong ke depan. Bella, yang kini berusia 40-an tahun, mengaku bergantung pada pekerjaan ini setelah perceraian memisahkannya dari suami beberapa tahun lalu.
Dengan suara pelan, ia menjelaskan bahwa kebanyakan PSK di Pokok Jengkol berusia antara 35 hingga 60 tahun. "Persaingannya ketat, dan pelanggan lebih memilih tempat lain yang menawarkan perempuan lebih muda. Tapi di sini lebih murah," katanya sambil tersenyum pahit.
Kawasan ini juga dipenuhi cerita duka lainnya. Menurut Bella, pemotongan penghasilan oleh mami atau pemilik tempat sering kali sangat besar, sehingga penghasilan yang diterima para PSK hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. "Kalau dulu potongan besar, sekarang tambah susah karena tamu makin jarang," tambahnya.
Di Antara Harapan dan Kenyataan
Pokok Jengkol tidak sendirian. Batam memiliki beberapa lokalisasi lain seperti Bukit Senyum, Teluk Bakau, dan Sintai yang menjadi tujuan para pencari hiburan malam. Namun, seperti Bella, banyak PSK di sana juga menghadapi masalah serupa: persaingan, usia, dan kian melemahnya daya tarik kawasan prostitusi kelas bawah di tengah modernisasi.
Di sisi lain, geliat ekonomi Batam tetap berjalan. Di antara gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, dan kawasan industri, terdapat jurang kesenjangan yang mencolok. Kemegahan kota ini tampak tidak banyak menyentuh sisi gelap seperti Pokok Jengkol, yang justru seperti terpinggirkan oleh arus pembangunan.
Lokalisasi seperti Pokok Jengkol mungkin menjadi refleksi dari potret kehidupan yang kompleks di Batam: sebuah kota yang gemerlap di luar, tetapi menyimpan banyak cerita pilu di dalamnya. Bagi Bella dan rekan-rekannya, malam yang panjang bukan hanya tentang menunggu pelanggan, tetapi juga perjuangan bertahan hidup di tengah kesenjangan yang makin lebar
**
0 Komentar