Pj Walikota Pariaman Roberia |
Yogyakarta ,Editor - Usai menunaikan salat Jumat, saya memutuskan untuk makan siang di sebuah angkringan sederhana di Pasar Serangan, Yogyakarta. Pilihan menu saya adalah nasi kucing oseng, sate ayam, dan gorengan. Harganya Sangat terjangkau. Nasi kucing dengan porsi kecil hanya Rp2.500, sate ayam Rp2.500 per tusuk, dan gorengan cukup Rp1.000. Dengan uang Rp50 ribu saja
saya bahkan bisa mentraktir tiga orang lainnya yang kebetulan makan di sana.jumat 24 Januari 2025
Sebagai pejabat Walikota Pariaman sekaligus Direktur di pusat, makan siang di angkringan ini mengajarkan saya banyak hal. Ego dan status yang kadang membuat seseorang merasa harus mencari tempat makan mewah tidak berlaku hari ini. Kesederhanaan inilah yang mengingatkan saya untuk terus bersyukur. "Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan terngiang di benak saya.
Pelajaran Hidup di Balik Kesederhanaan
Tiga orang yang ikut saya traktir siang itu adalah tukang ojek online, pedagang sapu keliling, dan seorang helper penjual kelapa parut. Meskipun kehidupan mereka jauh dari kemewahan, ada pelajaran hidup yang mereka bagi dengan penuh keikhlasan.
Tukang ojek online, ternyata seorang sarjana akuntansi. Ia pernah mencoba peruntungan di dunia usaha, tetapi harus menelan pil pahit karena ditipu teman hingga kehilangan ratusan juta rupiah. Dua tahun terakhir ia memilih menjadi ojek online untuk menghidupi keluarganya. “Hidup harus terus jalan, Pak,” ucapnya dengan senyum penuh ketegaran.
Pedagang sapu keliling berasal dari Bondowoso dan telah merantau ke Yogyakarta sejak 2006. Ia menjual barang dari pedagang besar secara keliling dan tinggal di kontrakan sederhana di daerah Nganten. Bagi beliau, hidup adalah tentang ketekunan dan menerima apa yang ada dengan lapang dada.
Helper penjual kelapa parut, seorang pria berusia 57 tahun, bekerja di pasar untuk membantu menjual kelapa parut. Meski usianya sudah tak lagi muda, semangatnya untuk bekerja demi kebutuhan hidup tak pernah surut.
Ketika saya tawarkan untuk menambah makanan atau membawa pulang bekal, mereka semua menolak dengan sopan. “Ini saja sudah cukup, terima kasih banyak,” kata mereka dengan tulus. Kesederhanaan mereka menyadarkan saya, bahwa kebahagiaan tidak selalu terletak pada apa yang kita miliki, tetapi pada bagaimana kita mensyukuri yang ada.
Hikmah Kesederhanaan
Makan siang kali ini menjadi pelajaran hidup yang luar biasa. Kesederhanaan dan rasa syukur dari mereka yang saya temui mengajarkan saya untuk tidak terlena oleh ego dan status. Mereka menjalani hidup dengan sabar, tanpa mengeluh, dan tanpa memanfaatkan kesempatan yang ada untuk keuntungan pribadi.
Momen ini mengingatkan saya untuk selalu bersyukur dan menghargai apa yang saya miliki, sekaligus merenungkan bagaimana hidup sederhana bisa membawa kebahagiaan yang hakiki.
Allahuakbar. Semoga kita semua terus diberi hikmah untuk menjalani hidup dengan penuh rasa syukur.
** Afridon
0 Komentar