Tangis Keluarga Harapan di Tengah Misteri Hilangnya Cika dan Adek

Siska Oktavia Rusdi (23) yang biasa dipanggil Cika,
 

Padang Pariaman, Editor – Setahun telah berlalu sejak Siska Oktavia Rusdi (23) yang biasa dipanggil Cika, dan sahabatnya, Adek Gustiana (24), mahasiswi STIE KBP Padang, menghilang tanpa jejak. Namun, waktu tidak pernah menghapus tangis dan doa keluarga mereka yang terus menanti keajaiban.

Cika, gadis asal Nagari Sungai Buluh Utara, Batang Anai, Padang Pariaman, terakhir berpamitan kepada ibunya, Nila Yusnita, pada pagi 12 Januari 2024. Dengan sepeda motor Yamaha Mio M3 merah hitam bernomor polisi BA 4292 FE, ia berangkat ke Padang bersama Adek. Ketika malam tiba, ia tak kunjung pulang. Malam itu menjadi awal dari babak kelam bagi keluarga mereka.

Sepeda Motor yang Menambah Misteri

Harapan sempat muncul ketika sebelas hari setelah laporan kehilangan dibuat, sepeda motor Cika ditemukan di semak-semak dekat Kampus MTI Tabing, Koto Tangah, Padang. Tapi bukannya jawaban, temuan ini hanya membawa pertanyaan baru.

Dalam upaya pencarian, keluarga bahkan menggandeng seorang indigo. Ia menyebut Cika berada di sekitar perbatasan Pasaman. Seorang gadis dengan ciri-ciri mirip Cika sempat ditemukan dalam kondisi linglung, tetapi itu bukan Cika yang mereka cari. Kecewa, tapi tak menyerah, keluarga terus berharap.

“Kami Hanya Ingin Keadilan”

Bagi Nila Yusnita, kehilangan Cika seperti kehilangan separuh nyawanya. “Kami hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anak kami,” tuturnya dengan air mata yang sulit dibendung.

Kekecewaan terhadap lambatnya penanganan kasus ini kerap ia ungkapkan. Meski demikian, ia dan keluarga tetap menggantungkan harapan pada upaya pihak kepolisian untuk mengungkap misteri ini.

Sorotan Publik yang Belum Memudar

Kisah Cika dan Adek bukan hanya menyayat hati keluarga, tetapi juga masyarakat Sumatera Barat. Misteri hilangnya dua mahasiswi ini menjadi buah bibir, tak hanya karena kejanggalannya, tetapi juga karena lambatnya perkembangan kasus.

“Mereka itu anak-anak kita. Jika kita diam, siapa yang akan membela mereka?” ujar seorang warga di Nagari Sungai Buluh Utara yang ikut menggalang dukungan moral untuk keluarga korban.

Harapan yang Tak Pernah Padam

Hingga hari ini, doa terus dipanjatkan oleh keluarga dan masyarakat. Di setiap malam yang sunyi, Nila sering kali menatap pintu rumah, berharap suatu saat Cika akan masuk sambil tersenyum, berkata, “Ma, aku pulang.”

Namun, harapan itu belum menjadi kenyataan. Waktu berjalan, tapi luka di hati keluarga tetap sama.

Misteri ini mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas dan keadilan. Di tengah gelapnya kabar, ada doa yang terus bergema: semoga keajaiban itu datang, membawa mereka pulang ke pelukan keluarga.


** tim 

Posting Komentar

0 Komentar