![]() |
Bupati Padang Pariaman, Jonh Kenedy Azis, ini bukan sekadar event olahraga ini adalah janji politik yang ia tepati di hadapan ribuan pasang mata, termasuk Gubernur Sumbar Mahyeldi |
Padang Pariaman.Editor – Debu beterbangan, derap kaki kuda membelah udara, dan sorak-sorai menggema dari ribuan penonton yang memadati Lapangan Pacuan Kuda Balah Aia, Nagari VII Koto Sungai Sariak, Sabtu 5 April 2025
Setelah sembilan tahun hanya menyisakan semak belukar, akhirnya arena ini kembali hidup oleh gelaran Bupati Cup Padang Pariaman 2025.
Bagi Bupati Padang Pariaman, Jonh Kenedy Azis, ini bukan sekadar event olahraga ini adalah janji politik yang ia tepati di hadapan ribuan pasang mata, termasuk Gubernur Sumbar Mahyeldi, Kapolda, Irjen Pol Dr. Gatot Tri Suryanta ,Komandan Korem (Danrem) 032/Wirabraja saat ini adalah Brigadir Jenderal TNI Mahfud serta Forum Pimpinan Daerah lainnya.
“Ini janji saya waktu kampanye. Hari ini saya tepati, demi masyarakat Padang Pariaman,” tegas Jonh, dengan mata yang menyapu lautan manusia di tribun penonton.
Kembalinya pacu kuda ini tak lepas dari kerja keras seluruh jajaran. Hampir setiap hari ia turun ke lapangan, memantau, memimpin, bahkan mengayuh sepeda dari pendopo bersama Kapolres Padang Pariaman,
AKBP Ahmad Faisol Amir, Sekda Rudy Repenaldi Rilis, dan sejumlah jurnalis seperti Imran dari Padang TV dan Afridon dari Beritaeditorial.com. Semua OPD dikerahkan, semua elemen dirangkul.
Tak tanggung-tanggung, deretan tokoh masyarakat dan sponsor ikut ambil bagian. Macik H. Sagi menyumbang Rp50 juta,
Anggota DPR RI, Arisal Azis dari Komisi XIII. ikut menyumbang jumlah yang sama. Tak ketinggalan Asmar (Lambau), anggota DPRD Fraksi Gerindra, serta Bank Nagari wilayah Sumbagut turut mendukung suksesnya acara.
Rindu yang Terobati
Bagi masyarakat seperti Rinaldi (50), momen ini lebih dari sekadar tontonan—ini tentang sejarah dan identitas. “Sudah lama sekali kami menunggu. Dulu lapangan ini penuh semak, dipakai untuk mengikat sapi. Tapi sekarang? Hidup lagi, Pak,” katanya Rinalda
Senada dengan itu, Efendi, seorang perantau yang menunda kepulangan ke Jakarta demi melihat pacuan kuda di kampung halaman, mengaku terenyuh. “Taragak bana. Walau bukan hobi utama, tapi ini bagian dari masa kecil saya,” ujarnya
Sudirman, warga Bukittinggi, bahkan datang jauh-jauh demi melihat pacuan di Padang Pariaman, yang kini mulai merebut hati penonton dari Bukittinggi kota yang selama ini identik dengan pacu kuda.
Lebih dari Sekadar Olahraga
Bagi Jonh Kenedy Azis, pacu kuda adalah simbol kebangkitan budaya dan ekonomi daerah. “Ini awal dari geliat pariwisata baru di Padang Pariaman. Kita ingin tiap tahun event ini jadi magnet,” katanya optimis
Rakyat bersorak, kuda berpacu, dan sejarah kembali ditulis di atas lintasan tanah Balah Aia. Padang Pariaman tak sekadar menyambut pacu kuda tapi merayakan kembalinya semangat dan identitas yang telah lama dinanti.
** Afridon
0 Komentar