Pelukan di Balik Jeruji: Haru Buka Puasa Bersama di Rutan Kelas IIB Padang

 

Kepala Rutan Kelas IIB Padang, Welli

Padang, Editor – , halaman dalam Rutan Kelas IIB Padang terasa berbeda. Bukan hanya karena aroma masakan khas berbuka puasa yang tercium dari dapur, tapi karena raut wajah haru dari para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang satu per satu dipertemukan kembali dengan orang-orang tercintaanak, istri, orang tua dalam sebuah momentum langka: buka puasa bersama keluarga di balik tembok tinggi dan kawat berduri. Senin 24 Maret 2025

Sebanyak 50 WBP mendapat kesempatan emas ini. Mereka duduk berjajar bersama keluarga masing-masing, menikmati kurma dan teh manis, kemudian menyantap hidangan sederhana dengan mata berkaca-kaca. Bagi sebagian dari mereka, ini adalah pertemuan pertama dalam bertahun-tahun.

“Kami ingin mereka merasakan bahwa mereka tidak sendiri. Ada keluarga yang menanti, dan ada kesempatan untuk memperbaiki diri,” kata Kepala Rutan Kelas IIB Padang, Welli, dengan suara bergetar.

Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari arahan Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas), sebagai bagian dari program pembinaan berbasis kekeluargaan dan spiritual selama Ramadan.

Idulfitri dan Harapan Baru

Momentum ini tak berhenti di bulan puasa. Rutan juga bersiap menyambut hari kemenangan. Mulai hari pertama hingga keempat Idulfitri, layanan kunjungan dibuka bagi keluarga. Layanan ini akan dibagi menjadi dua sesi—pagi dan siang—demi kenyamanan dan keamanan semua pihak.

Salat Idulfitri pun akan digelar di masjid dalam rutan, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Di sana, para WBP akan bersujud bersama, membawa doa-doa yang belum tentu terkabul hari itu, tapi selalu penuh harap.

Namun, yang paling dinanti tentu adalah remisi. Tahun ini, sebanyak 238 WBP diajukan untuk mendapat pemotongan masa hukuman. Beberapa bahkan berpeluang bebas hari itu juga, langsung setelah salat Id.

“Kalau SK-nya turun, mereka yang bebas akan langsung kami pulangkan. Bisa jadi Idulfitri mereka tahun ini bukan lagi di balik jeruji,” ujar Welli.

Lebih dari Sekadar Program

Bagi banyak WBP, kegiatan ini bukan hanya agenda rutin Ramadan. Ini adalah kesempatan untuk kembali merasa manusiawi, untuk memeluk anaknya yang sudah lama hanya bisa dilihat lewat kaca pembatas, untuk mencium tangan ibunya yang berdoa dalam diam.

Dan bagi para petugas, ini adalah bentuk nyata dari transparansi, akuntabilitas, dan kemanusiaan dalam menjalankan tugas—bahwa rutan bukan hanya tempat hukuman, tetapi juga tempat pembinaan dan harapan.

Di penghujung acara, seorang anak kecil mungkin 6 atau 7 tahun berlari kecil memeluk ayahnya yang tengah mengenakan seragam WBP. Mereka tertawa, menangis, dan memeluk erat-erat.

Sore itu, di balik jeruji, bulan Ramadan menghadirkan maknanya yang paling hakiki: pengampunan, cinta, dan harapan.

** 

Posting Komentar

0 Komentar