![]() |
SMP Negeri 1 Sungai Geringging menjadi saksi haru Reuni Akbar ke-IV angkatan 1976 . |
Padang Pariaman , Editor -Ruang kelas yang dulu penuh canda tawa, kini dipenuhi pelukan hangat dan tawa nostalgia. SMP Negeri 1 Sungai Geringging menjadi saksi haru Reuni Akbar ke-IV angkatan 1976. Namun ada yang istimewa kali ini salah satu murid terbaik mereka kini menjabat sebagai Bupati Padang Pariaman: Jonh Kenedy Azis, atau yang dulu akrab disapa “Edi”.
"Edi itu dulu anaknya cerdas, masuk 10 besar, suka main bola dan domino. Ayahnya pengusaha Bus KMS dan pabrik minyak di sini," ujar seorang teman seangkatan dengan mata berkaca-kaca.Kamis, 3 April 2025
Kini, Edi atau Ajo, begitu banyak yang memanggilnya kembali ke bangku sekolah bukan sebagai murid, melainkan sebagai pemimpin. Terpilih sebagai Bupati Padang Pariaman periode 2025–2030 dan baru dilantik pada 20 Februari lalu, ia datang bukan hanya untuk bernostalgia, tetapi juga membawa semangat membangun kampung halaman.
Di sela reuni, Jonh Kenedy menyuarakan keprihatinannya atas kondisi jalan provinsi di Sungai Geringging yang rusak parah. “Sudah berulang kali kami mohon perhatian. Harapan besar kami kepada Gubernur Mahyeldi dan Dinas Bina Marga Provinsi, era Pak Sukma Manaf, agar segera turun tangan,” ujarnya.
Tak hanya jalan rusak, Bupati yang satu ini juga menyoroti persoalan banjir di Ulakan. Ia menyebut wilayah tersebut sebagai bagian dari kawasan Walayag Sungai V yang butuh penanganan serius. “Kita akan berusaha berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk solusi jangka panjang,” tambahnya.
Namun perjuangan tidak menghapus semangat merawat budaya. Setelah sembilan tahun vakum, pacu kudo — balapan kuda tradisional Minangkabau kembali digelar di Duku Banyak, Kecamatan VII Koto. Di tengah efisiensi anggaran, kegiatan ini diselenggarakan penuh semangat.
“Anggaran boleh efisien, tapi budaya dan program tetap harus hidup,” tegas Jonh Kenedy.
Yang lebih mengejutkan, pada Jumat pagi 4 April 2025 , ia memilih bersepeda dari rumah dinas menuju lokasi pacu kuda, menjadi simbol kedekatannya dengan rakyat dan keseriusannya menjaga tradisi.
Kepala Dinas Pariwisata, Fadli, menambahkan bahwa kegiatan ini bukan sekadar hiburan. “Pacu kudo adalah budaya, bukan ajang judi. Judi itu merusak rumah tangga, bukan membuat kaya,” tegasnya.
Reuni kali ini bukan sekadar temu kangen, tetapi juga momentum menyaksikan bahwa seorang “Edi” dari Sungai Geringging, kini menjadi sosok Ajo yang terus membawa harapan bagi kampung halaman. Ia tak hanya mengenang masa lalu, tapi hadir dengan langkah nyata untuk masa depan.
** Afridon
0 Komentar