![]() |
Pacu Kuda yang menjadi kebanggaan masyarakat Padang Pariaman akhirnya kembali digelar secara megah |
Padang Pariaman.Editor– Suasana Lapangan Pacuan Kuda di Duku Balah Aie, Kecamatan VII Koto Sungai Sarik, Sabtu 5 April 2025 bergemuruh oleh sorak-sorai puluhan ribu penonton. Setelah sembilan tahun vakum, gelaran Pacu Kuda yang menjadi kebanggaan masyarakat Padang Pariaman akhirnya kembali digelar secara megah. Event ini tak hanya menjadi ajang olahraga bergengsi, tetapi juga pesta rakyat yang menyatukan ribuan warga dari berbagai penjuru Sumatera Barat, bahkan luar provinsi
Langit cerah pagi itu seolah ikut menyambut kembalinya denyut tradisi yang sempat terlupakan. Dibuka secara resmi oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi, didampingi Bupati Padang Pariaman John Kenedy Aziz (JKA) dan Wakil Bupati Rahmat Hidayat, suasana penuh semangat langsung terasa sejak detik pertama aba-aba pacuan dimulai.
25 Ribu Penonton dan Sorak Kemenangan
Diperkirakan lebih dari 25 ribu pengunjung memadati lapangan. Tua, muda, hingga anak-anak antusias menunggu derap langkah kuda dan aksi para joki di lintasan. Setiap kali kuda melesat, sorakan menggema seantero lapangan. Beberapa bahkan histeris melihat kuda idolanya menyentuh garis finis.
“Sudah lama kami rindu momen seperti ini. Dulu kami harus ke Payakumbuh untuk melihat pacu kuda, sekarang kembali bisa kami nikmati di kampung sendiri,” ungkap Uni Yulis, warga VII Koto.
Insiden Tak Terduga di Tengah Lomba
Namun, semangat yang meluap sempat terguncang oleh sebuah insiden. Seorang joki mengalami kecelakaan saat hendak menaiki kuda, terinjak oleh kuda lain. Meski sempat mendapat perawatan medis dan kembali mencoba berpacu, sang joki terjatuh dan harus dilarikan dengan ambulans. Ironisnya, kudanya tetap melaju sendiri tanpa joki hingga finis… dan meraih juara II. Penonton pun terperangah melihat pemandangan tak biasa itu.
Tradisi, Tantangan dan Kritik Panitia
Gelaran akbar ini tak lepas dari dinamika di lapangan. Banyak anak-anak yang melepaskan layang-layang di area pacuan, hingga lomba sempat dihentikan beberapa menit. Tokoh masyarakat, Kh. Koto, mengkritik kelambanan panitia dan Satpol PP dalam mengantisipasi hal ini. “Ke depan, pengamanan harus lebih tegas agar acara tidak terganggu,” ujarnya.
Selain itu, wartawan yang biasa meliput kegiatan Pemkab juga mengeluhkan perlakuan kurang ramah dari panitia dan petugas tiket. Jon PR, salah satu wartawan, mengaku harus membayar tiket meskipun telah menunjukkan identitas media. “Padahal kami hadir untuk meliput. Panitia seharusnya lebih memahami peran media,” ucapnya.
Kehadiran Tokoh dan Dukungan Dana
Kemeriahan acara semakin terasa dengan hadirnya para pejabat penting, seperti Kapolda Sumbar, Danrem, Anggota DPR RI Arizal Azis, Walikota Pariaman Yota Balad, Walikota Bukittinggi, hingga tokoh perantau H. Sagi dan Arizal Azis yang masing-masing menyumbang Rp50 juta untuk mendukung kegiatan panitia.
Namun, di tengah kegembiraan, panitia mengumumkan adanya laporan kehilangan uang Rp5,5 juta dan sebuah HP akibat copet. Ini menjadi pengingat bagi semua pihak untuk lebih meningkatkan sistem keamanan di event besar seperti ini.
Simbol Kebangkitan Tradisi dan Ekonomi Lokal
Pacu kuda di Padang Pariaman bukan sekadar hiburan. Ia adalah bagian dari identitas budaya, kebanggaan lokal, dan potensi besar untuk menggerakkan ekonomi. Kegiatan ini menggairahkan UMKM, menarik wisatawan, dan memupuk semangat kebersamaan antarwarga.
Bupati JKA dan Wabup Rahmat Hidayat patut diapresiasi karena dengan tangan dingin, mereka sukses menghidupkan kembali tradisi yang nyaris padam. Semoga di tahun-tahun mendatang, derap kuda di Duku Balah Aie tak lagi berhenti—melainkan terus melaju, menyatu dengan denyut masyarakat Padang Pariaman yang rindu akan kejayaan adat dan budaya.
**Afridon
0 Komentar